METODE DISKUSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan
pembelajaran di kelas sering dirasakan membosankan bagi peserta didik karena pendidik
hanya memberikan pelajaran dengan menggunakan satu cara dan tidak heran apabila
sering didapati peserta didik sedang mengantuk dan kadang berbicara sendiri
dengan teman yang lain sedangkan pendidik sedang menerangkan, untuk itu
diperlukan strategi pembelajaran agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berhasil.
Kompetensi Supervisi akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh para pendidik satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan dengan
kemampuan pendidik dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan pendidik
untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah maupun diperguruan
tinggi.
Strategi
merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Menurut David dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a
plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational
goal. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan atau rangkaian
kegiatan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu.[1]
Istilah
strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan, namun
sekarang istilah strategi sudah banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan
yang bertujuan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai
tujuan, misalnya seorang pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan
kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya
tersebut, seorang pelatih sepak bola juga akan menentukan strategi yang
dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan.[2]
Begitu juga dengan pendidik yang mengharapkan hasil yang terbaik dalam proses
pembelajaran dengan menerapkan strategi agar hasil belajar peserta didiknya
bagus.
Strategi
pembelajaran dapat juga diartikan sebagai usaha pendidik dalam menggunakan
beberapa variabel pengajaran seperti: tujuan, bahan, metode, alat, dan evaluasi
agar dapat mempengaruhi peserta didik untuk mencapai tujuan yakni pembelajaran
yang efektif dan efisien. Terdapat berbagai macam strategi pembelajaran yang
dapat digunakan, salah satunya adalah dengan metode diskusi. Berangkat dari
sinilah penulis akan membahas makalah dengan judul Metode Diskusi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang
ada maka penulis merumuskan pokok permasalahan “Metode Diskusi dalam
Pembelajaran” adapun sub masalah
menjadi pembahasan dalam makalah ialah:
1. Apa yang
dimaksud metode diskusi?
2. Bagaima ketepatan
dan prosedur pelaksanaan metode diskusi?
3. Bagaimana
kelebihan dan kelemahan-kelemahan metode diskusi ketika digunakan dalam
pembelajaran?
4.
Apa
manfaat metode diskusi.?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari metode diskusi.
2. Untuk
mengetahui kekuatan dari metode diskusi.
3. Untuk
mengetahui kelemahan metode diskusi ketika digunakan dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Diskusi
Sebagai
pengajaran yang sebenarnya sama dengan metodik, yakni suatu ilmu yang
membicarakan bagaimana cara atau teori menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta
didik agar tercapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisieh, bilamana dikaitkan dengan pengajaran agama Islam yang harus
disampaikan kepada peserta didikmaka batasanya terletak pada metode atau teknik
apakah yang lebih cocok digunakan dalam menyampaikan materi agama tersebbut dan
prinsip-prinsip yang bagaimanakah yang seharusnya diterapkan oleh pendidik dalam
kegiatan pembelajaran. Hal tersebut tentunya berkaitan erat dengan metodik.
Metodik
pengajaran agama Islam adalah ilmu yang membicarakan penyajian bahan pelajaran
agama Islam kepada peserta didik untuk mempunyai tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien. Srategi atau pendekatan yang digunakan dalam
pelajaran agama Islam lebih banyak ditekankan pada suatu metode pengajaran
“seruan” atau “ajakan” yang bijaksana dan pembentukan sikap manusia.[1]
Metode sebagai
salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar
mengajar dan menjadi penting bagi pendidik untuk memilih metode yang lebih
efektif untuk digunakan. Pada dasarnya
semua metode yang digunakan dalam mengajar adalah baik, namun dalam
pelaksanaannya sangat bergantung pada pendidik. Metode pendidik dapat menjadi
baik akan menjadi jelek apabila pendidik tidak menguasai teknik pelaksanaan
dari metode yang digunakan. Diskusi adalah aktifitas dari sekelompok peserta
didik yang berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah
topik atau masalah, di mana setiap anak ingin mencari jawaban atau penyelesaian
masalah dari segala segi dan kemungkinan yang ada.[2]
Kata diskusi
berasal dari bahasa latin, yaitu “discussus” yang berarti “to examine”. Discussus
terdiri dari kata “dis” artinya terpisah. Sementara “cuture” artinya
mengoncang atau memukul. Secara etimologi, “discuture” sesuatu pukulan
yang memisahkan sesuatu, atau dengan kata lain membuat sesuatu lebih jelas dengan
cara memecahkan atau menguatkanya. Memecahkan atau menguraikanya sebagaiaman
tersebut diatas bermakna mencari jalan keluar dari apa yang dihadapi.[3]
Diskusi adalah
suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk
mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu,
atau untuk merampungkan keputusan bersama. Dalam diskusi tiap orang diharapkan
memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang
sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan. Menurut Djamarah dan Aswan Metode
diskusi adalah:
Metode
pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan dengan
tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan peserta didik, serta
untuk membuat suatu keputusan. Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran
di mana peserta didik dihadapkan kepada
suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
probematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.[4]
Semiwan dalam
Engkoswara mengutarakan Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi
pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi[5],
sedangkan menurut Suryosubroto dalam Soetama mengatakan metode diskusi adalah
adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan pendidik memberikan
kesempatan kepada peserta didik atau kelompok-kelompok untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun ke berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.[6]
Allah berfirman dalam QS. an-Nahl/16: 125.
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Terjemahnya:
Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.[7]
Dari ayat ini dapat kita petik
tigs mscsm cara yang dikemukaan oleh
Allah swt yaitu:
1.
pyJõ3Ïtø:$$Î/ dengan
perkataan yang tegas dan benar.
2.
ÏpuZ|¡ptø:$# psàÏãöqyJø9$#ur Ï pelajaran yang baik/nasehat.
3.
Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& dialog/diskusi
dengan baik.
Kata
pyJõ3Ïtø
berarti yang paling utama dari
segala sesuatu, baik pengetahuan atau perbuatan adalah pengetahuan atau
tindakan yang bebas dari kesalahan atau kekeliruan menurut Quraish Shihab
sebagaimana dikutip oleh Chairuddin B. bahwa alhikma adalah argumen yang
menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan tidak
juga kekaburan.[8]
Untuk
menggunakan metode ini dalam proses belajar mengajar, pendidik dituntut untuk
menguasai dengan baik materi pembelajaran yang akan diajarkan sehingga apa yang
akan diajarkan mengandung kebenaran dan terhindar dari kelemahan dan kesalahan.
Kata
ÏpuZ|¡ptø:$# psàÏãöqyJø9$#ur (nasehat yang baik) yaitu uraian yang menyentuh hati dan
mengantar kepada kabiakan. Nasehat baru dapat mengena hati bila ucapan yang
disampaikan ini disertai dengan pengamalan dan keteladanan dari yang
menyampaikan.[9]
Kata
Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& (diskusi
dengan baik) yaitu diskusi yang dilakukan dengan sopan, mengunakan argumen yang
benar dan menghargai pendapat lain.[10]
Ketiga
contoh yang telah dikemukan ini telah diterapkan oleh Nabi Muhammad saw dalam
menyampaikan ajaran-ajaran agama dalam memberikan pelajaran kepada ummat
manusia. Metode diskusi banyak ditemukan dalam al-Qur’an menurut Abdurahman
an-Nahlawi bentuk dialog yang terdapat dalam al-qur’an dan sunnah adala lima
macam:
a.
Dialog
khitabi dan Ta’abbudi.
b.
Dialog
Deskriptif
c.
Dialog
Naratif
d.
DialogArgumentatif
e.
Dialog
Nabawiyah.[11]
Gage dan
Berliner sebagaimana dikutip oleh Ahmad Sabri mengemukakan bahwa metode diskusi
sungguh-sungguh terbuka atau bervariasi pengertiannya. Ini merupakan suatu
indikasi betapa sulitnya mendefinisikan metode diskusi secara tepat. Girlstrap
dan Martin mengutarakan bawah metode diskusi merupakan suatu kegiatan di mana
sejumlah orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang
suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah
berdasarkan semua fakta memungkinkan untuk itu.[12]
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu kegiatan belajar-mengajar yang
membicarakan suatu topik atau masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
(dapat pendidik dan peserta didik dan peserta didik lain). Di mana orang yang
berbincang memiliki perhatian yang sama terhadap topik atau masalah yang
menjadi pokok pembicaraan, sehingga mendapatkan berbagai alternatif jawaban
terhadap topik yang didiskusikan.
B.
Ketepatan dan Prosedur Pelaksanaan
Metode Diskusi
1. Ketepatan
metode diskusi
Dasar
pelaksanaan metode diskusi ini sanggat jelas, baik dari al-Qur’an sebagai pedoman
kitap suci sangat jelas baik dari al-Qur’an sebgai pedoman kitab suci, maupun
standar pelaksanaan sebagai landasan hukumnya. Mempertanyakan hal-hal merupakan
metode lain dalam al-Qur’an. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rangka
mengajukan kembali kepada statemen atau memungkinkan diajukan sebagai titik
permulaannya. Firman Allah swt dalam QS. al-Baqrah/2: 30.
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( ….
Terjemahnya:
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi….[13]
Pertanyaan ini
merupakan respon malaikat atas perintah Allah swt akan menciptakanya khalifa di
muka bumi. Hadirlah pertanyaan kepada iblis setelah menolak bersujud kepada Adam.
Dalam QS. al-Bawarah/2: 260.
øÎ)ur tA$s% ÞO¿Ïdºtö/Î) Éb>u ÏRÍr& y#ø2 Çósè? 4tAöqyJø9$# ( tA$s% öNs9urr& `ÏB÷sè? ( ….
Terjemahnya:
Dan
(ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman:
"Belum yakinkah kamu ?" …[14]
Demikian pula
ketika Ibrahim bertanya kepada ayah dan kaumnya, dalam QS>. an_Biya/21: 52.
øÎ) tA$s% ÏmÎ/L{ ¾ÏmÏBöqs%ur $tB ÍnÉ»yd ã@ÏO$yJG9$# ûÓÉL©9$# óOçFRr& $olm; tbqàÿÅ3»tã ÇÎËÈ
Terjemahnya:
(ingatlah),
ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung Apakah
ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?"[15]
Demikian juga
dalam landasan hukum yang mendasari terjadinya metode ini, berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Bab I pasal 1 ayat 6, standar proses pendidikan adalah standar Nasional
Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan kompetensi lulusan.[16]
Makna yang
terkandung dari peraturan pemerintah ini adalah pelaksanaan metode diskusi
merupakan salah satu tahap dari sekian tahapan dalam pembelajaran, yang berarti
pelaksanaan metode ini masih sangat diperlukan untuk mengantarkan peserta didik
semakin mendalami dan memahami materi yang dipelajarinya.
2. Prosedur
pelaksanaan metode diskusi
Diskusi yang
direncanakan dan kunci keberhasilan diskusi terletak pada isu atau masalah yang
didiskusikan. Pemilihan topik diskusi dapat mempengaruhi keberhasilan diskusi
sehingga topik harus dipilih dengan baik. Menurut Ramayulis bahwa langkah
pengunaan metode diskusi diantaran yaitu:
- Pendidik mengemukakan masalah yang harus didiskusikan dan memberikan pengarahan sepenuhnya mengenai cara-cara pemecahanya, dapat pula pokok permasalah yang akan didiskusikan itu ditentukan secara bersama-sama oleh peserta didik dan pendidik. Yang penting, judul atau masalah yang akan didiskusikan itu harus dapat dipahami baik-baik oleh setiap peserta didik.
Untuk
melaksanakan metode diskusi pendidik harus memberikan pertolongan berupa
pertanyaan /problem sebagai peransang bimbingan dan pengarahan. Adapun
syarat-syarat pertanyaan untuk diskusi sebagai berikut:
a. Harus
mengandung nilai diskusi, jangan hanya satu jawaban
b. Harus meransang
adanya pungutan suara
c. Harus
mengandung kemungkinan jawaban lebih dari satu
d. Harus
membutuhkan pertimbangan, perbandingan dari kenyataan.
e. Harus menarik
perhatian sesuai dengan taraf umur.
- Dengan pimpinan pendidik, peserta didik membentuk kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor adan sebagainya) mengatur tempat duduk, ruangan, sarana dan sebagainya. Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan peserta didik yang:
a. Lebih
memamhami/menguasai masalah yang didiskusikan
b. Berwibawah dan
disenangi oleh teman-temanya
c. Berbahasa
dengan baik dan lancar berbicara
d. Dapat bertindak
tegas adi dan demokrasi.
- Peserta didik berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing sedangkan pendidik berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain, menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota kelompok harus tahu secara persis tentang apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas setia anggotanya harus tahu bahwa hak berbicara sama.
- Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil diskusi yang dilaporka itu ditanggapi oleh semua peserta didik (terutama dari kelompok lain). Pendidik memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.
- Selanjutnya para peserta didik mencatat hasil diskusi tersebut dan pendidik mengumpulkan hasil laporan diskusi tersebut dan pendidik mengumpulkan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sesudah para peserta didik mencatatnya untuk “file” kelas.
- Akhirnya diadakan tindak lanjut diskusi
- Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi sepenuhnya
- Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan mendatang.[17]
C.
Kelebihan dan kelemahan dari Metode
Diskusi
- kelebihan
Seperti metode-metode
lain, metode diskusi juga memiliki kekuatan-kekuatan, yakni suasana kelas
menjadi hidup, karena anak akan mengarahkan pemikirannya pada masalah yang
sedang didiskusikan. Partisipasi peeserta dalam metode diskusi sangat baik. Peserta
didik berlatih kritis dengan mempertimbangkan pendapat dari teman-temannya,
kemudian menentukan sikap menerima, menolak, atau tidak berpendapat sama
sekali. Metode diskusi juga dapat menaikkan prestasi kepribadian individual,
seperti sikap toleransi, demokratis, kritis, dan berfikir sistematis. Selain
itu juga berguna dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokratis.
Metode diskusi merupakan latihan untuk memenuhi peraturan dan tata tertib yang
berlaku dalam musyawarah.
Tujuan dari
metode diskusi ini sendiri adalah untuk menanamkan dan mengembangkan keberanian
dalam mengemukakan pendapat sendiri, mencari kebenaran secara jujur melalui
pertimbangan pendapat yang mungkin saja berbeda antara satu dengan yang lain.
Selain itu juga bertujuan untuk melatih peserta didik agar belajar menemukan
kesepakatan pendapat melalui musyawarah, dan memberikan kehidupan kelas yang
lebih mendekati kegiatan hidup yang sebenarnya. Salah satu komponen yang sangat
menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran adalah metode yang
digunakaan. [18]
Metode diskusi
dipilih karena dengan menggunakan metode diskusi ini akan mendorong peserta
didik berfikir sistematis dengan menghadapkannya kepada masalah-masalah yang
akan dipecahkan. Selain itu dengan menggunakan metode diskusi maka peserta
didik akan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan diskusi peserta
didik dapat saling bertukar informasi dan dapat mempertahankan pendapatnya
dalam rangka pemecahan masalah yang dapat ditinjau dari berbagai segi.
- Kelemahan
a. Tampa ada
ransangan dari pendidik mungkin tidak akan terjadi diskusi yang bermutu.
b. Argumentasi
yang salah memungkinkan tidak diketahui dan tidak ditentang.[19]
D. Manfaat Metode
Diskusi
Diskusi
kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap peserta didik,
diantara lain:
- Membantu peserta didik untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbagan pemikiran para peserta didik lainya yang dikemukakan dari berbagai sudut pandang.
- Mereka tidak terjebak kepada jalan pikiranya sendiri yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit, karena dengan diskusi ia mempertimbangkan alasan-alasan orang lain, menerima berbagai pandangan dan secara hati-hati mengajukan pandanganya sendiri.
- Berbagai diskusi timbul dari percakapan pendidik dan peserta didik mengenai suatu kegiatan belajar yang akan mereka lakukan. Bila kelompok/kelas itu ikut serta membicarakan dengan baik, niscaya segala kegiatan belajar itu akan memperoleh dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas sehingga diharapkan hasil belajarnya akan lebih baik lagi.
- Diskusi kelompok /kelas memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap apa-apa yang mereka sedang pelajar, karena itu dapat membantu peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan pendidik dengan alasan-alasan yang memadai, bukan hanya sekedar menjawab “ya” atau “tidak” saja.[20]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Metode diskusi adalah adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik atau kelompok-kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
- Ada 3 hal metode ini tepat digunakan ialah
a. Untuk
menubuhkan sikap transparansi dan toleran bagi peserta didik, karena ia
terbiada menegarkan pendapat tersebut dengan berbeda-beda.
b. Untuk mecari
berbagai masukan dalam memutuskan permasalahan secara bersama.
c. Untuk
membiasakan peserta didik berpikir secara logis dan sistematis.
- Kelebihan metode diskusi meliputi suasana kelas menjadi hidup, melatih berfikir kritis, dapat menaikkan prestasi kepribadian individual, merupakan latihan untuk memenuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam musyawarah. Kelemahan metode diskusi meliputi peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas, dikuasai oleh peserta didik yang suka bicara, banyak waktu yang terpakai.
- Apabila dilaksanakan dengan secara cermat maka diskusi dapat merupakan cara belajar yang menyenangkan dan meransang pengalaman, karena dapat merupakan pelepasan ide-ide, uneg-uneg, dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu, sehingga dapat pula mengurangi ketegangan-ketegangan batin dan mendatangkan keputusan dalam mengembangkan kebersamaan kelompok sosial.
B.
SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha
memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup
kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunannya, baik dari segi materi,
maupun penyusunannya. Oleh karena itu, penyusun mengharapakan sumbangsih pembaca
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya, dan harapan bagi penyusun, semoga
makalah ini dapat memberi manfaat mengenai metode diskusi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Baki, Nasir. Metode Pembelajaran Agama Islam
(Di Lengkapin Pembahasan Kurikulum 2013). Yogyakarta: Eja_Publiser, 2014.
Ahmadi, Abu. Metodik Khusus Pendidikan Agama
(MKPA). Bandung: 1905.
B, Chairuddi. Metodologi Pengajaran Agama Islam Luar
Sekolah. Yogyakarta: Lanarka, 2009.
Departemen Agama RI., Al Qur’an dan
Terjemahanya. Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci al Qu’an Dep.
Agama RI., 2000.
Depdikbud. Didaktik Atau Metode Umum. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994.
Engkoswara,
Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara. 1984.
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam/Iain,
Di Jakarta, Ditbinpertais, Metodeologi Pengajaran Agama Islam. [t.p.]
1982.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kalam Mulia, 2003.
Metodologi Pendidikan Agama Islam. Cet. VII;
Jakarta: Kalam Mulia, 2012.
Rusyam, A. Tabrani dkk. Pendekatan Dalam Proses
Melajar, Mengajar. Cet. III: Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar
Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching, 2005.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran
Beriorentasi Standar Proses Pendidikan. Cet. V; Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006.
Shihabuddin. Pendidikan Islam di
Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Cet.
II; Gema Insani Pres, 1995.
Soetomo.
Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Usaha Nasional, 1990.
Zain, Aswan dan Syaiful Bahri Djamarah.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
[1]Nasir A. Baki, Metode
Pembelajaran Agama Islam (Di Lengkapin Pembahasan Kurikulum 2013)
(Yogyakarta: Eja_Publiser, 2014), h. 131.
[2]Depdikbud. Didaktik Atau
Metode Umum. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), h. 20.
[3]Nasir A. Baki, Metode
Pembelajaran Agama Islam (Di Lengkapin Pembahasan Kurikulum 2013). h, 132.
[4]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:
Rineka Cipta. 2006), h. 150.
[5]Engkoswara, Dasar-Dasar
Metodologi Pengajaran. (Jakarta: Bina Aksara. 1984), h. 76.
[6]Soetomo, Dasar-dasar
Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Usaha Nasional, 19930, h. 179.
[7]Departemen Agama RI., Al Qur’an dan
Terjemahanya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al Qu’an Dep.
Agama RI., 2000),
h. 421.
[8]Chairuddi B, Metodologi
Pengajaran Agama Islam Luar Sekolah (Yogyakarta: Lanarka, 2009), h. 36.
[9]Chairuddi B, Metodologi
Pengajaran Agama Islam Luar Sekolah, h. 36.
[10]Chairuddi B, Metodologi
Pengajaran Agama Islam Luar Sekolah, h. 36.
[11]Shihabuddin, Pendidikan Islam
di Rumah, Sekolah dan Masyarakat (Cet.
II Gema Insani Press, 1995), h. 205.
[12]Ahmad Sabri, Strategi Belajar
Mengajar Micro Teaching, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 52-53.
[16]Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan (Cet. V; Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 154.
[17]Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam (Cet. VII; Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 321.
[18]Abu Ahmadi, Metodik Khusus
Pendidikan Agama (MKPA) (Bandung: 1905), h. 127.
[19]Abu Ahmadi, Metodik Khusus
Pendidikan Agama (MKPA. h. 129.
[20]Proyek Pembinaan Perpendidikan
Tinggi Agama Islam/Iain, Di Jakarta, Ditbinpertais, Metodeologi Pengajaran
Agama Islam, [t.p.] (1982), 123-2124.
Komentar
Posting Komentar