KOMUNIKASI DAN KOORDINASI

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu seni atau cara untuk menyelesaikan permasalahan dengan berkerja sama melalui orang lain atau sumberdaya lainnya. Sebagai suatu proses, manajemen memerlukan berbagai aspek pendukung untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan atau tujuan-tujuannya. Diantara bermacam cara melakukan manajerial, salah satu aspek penting yang menjadi cara untuk berlangsungnya sebuah proses manajemen yaitu melakukan komunikasi dan koordinasi.
Komunikasi dan Koordinasi sebagai aspek penting manajemen, memerlukan sebuah sumber daya manusia, yang didalamnya terdapat pola pikir untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu, diperlukannya hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran, guna untuk mengetahui lebih jelas dan lebih dalam apa yang dimaksud dengan komunikasi dan koordinasi sebagai suatu aspek penting dalam manajerial untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Dalam hal ini, kami mengaitkan permasalahan didalam rapat pelu adanya komunikasi dan koordinasi antara unsur pimpinan dengan bawahan dalam suatu organisasi.
Pada makalah ini, kami akan membahas secara spesifik tentang salah satu bagian dari manajemen yaitu komunikasi dan pengkoordinasian/koordinasi. Komunikasi dalam organisasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat dan pemahaman atas informasi dari suatu unit (pengirim) ke unit yang lain (penerima) tidak hanya vital dalam perumusan tujuan organisasi, tetapi juga merupakan peralatan dan sarana penting melalui kegiatan organisasi. Komunikasi adalah satu usaha praktek dalam mempersatukan pendapat-pendapat, ide-ide, persamaan pengertian dan persatuan kelompok.
Aktifitas komunikasi memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Apabila kajian komunikasi dihubungkan dengan organisasi timbul suatu kajian tentang komunikasi organisasi. Organisasi merupakan salah konteks penting dalam komunikasiKoordinasi merupakan daya upaya untuk mensinkronkan dan menyatukan tindakan-tindakan kelompok tugas dalam suatu manajemen. Sedangkan koordinasi (coordination) mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi, tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakan saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang penyampaian tujuan. Pengkoordinasian merupakan rangkaian aktivitas menghubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya sehingga semuanya berlangsung secara tertib dan seirama menuju kearah tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan,percekcokan, kekembaran kerja atau kekosongan kerja.
Maka dari itu, sehubung dengan masalah diatas. Maka penulis tertarik untuk membahas aspek komunikasi dan koordinasi didalam sebuah organisasi yang merupakan titik pusat komunikasi dan wewenang-wewenang dari atasan kepada bawahan untuk melaksanakan tugasnya. Sehingga organisasi tersebut berjalan dengan baik.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Komunikasi
a.       Pengertian komunikasi.?
b.      Bagaimana unsur-unsur komunikasi.?
c.       Bagaimana proses komunikasi.?
d.      Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi.?
e.       Bagaimana prinsip-prinsip komunikasi.?
2.      Koordinasi
a.       Apakah yang dimaksud koordinasi?
b.      Bagaimana syarat-Syarat Koordinasi?
c.       Bagaimana prinsip-prinsip dari koordinasi?
d.      Apa saja jenis-jenis koordinasi?
C.   Tujuan
1.    Komunikasi
a.       Untuk mengetahui pengertian komunikasi.
b.      Untuk mengetahui unsur-unsur komunikasi.
c.       Untuk mengetahui proses komunikasi.
d.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi.
e.       Untuk mengetahui prinsip-prinsip komunikasi.
2.      Koordinasi
a.       Untuk mengetahui pengertian koordinasi.
b.      Untuk mengetahui syarat-syarat dari koordinasi.
c.       Untuk mengetahui prinsip-prinsip koordinasi.
d.      Untuk mengetahui jenis-jenis koordinasi.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
  1. Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin “Communicare” atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.[1]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.[2]
Banyak pendapat dari berbagai pakar mengenai definisi komunikasi, namun jika diperhatikan dengan seksama dari berbagai pendapat tersebut mempunyai maksud yang hampir sama. Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu “cum”, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata “umus”, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda “communio”, yang dalam bahasa Inggris disebut “communion”, yang mempunyai makna kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat kata kerja “communicare” yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.[3]
Evertt M. Rogers dalam Suranto mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang sedikit lebih detil. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.[4]
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan simbol, tanda, atau tingkah laku.
2.    Unsur-Unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi.
Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa proses tejadinya komunikasi. Cukup di dukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain lima unsur yang telah disebutkan.
Aristoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya “Rhetorica” sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara menyebut bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan. Pandangan Arestoteles ini oleh besar pakar komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau retorika. Hal ini bisa dimengerti, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat popoler bagi masyarakat Yunani.[5]
Adapun beberapa unsur-unsur terjadinya komunikasi antara lain:
a.    Sumber
Semua peristiwa komunikasi yang terjadi melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Di dalam komunikasi antar manusia, sumber ini bisa terdiri dari satu orang maupun dalam bentuk kelompok, Contoh: partai, lembaga atau organisasi. Sumber sering juga disebut sebagai pengirim (komunikator).


b.    Pesan
Pesan yang dimaksud di dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan tersebut dapat disampaikan secara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isi dari pesan tersebut dapat berupa informasi, ilmu pengetahuan, hiburan, nasihat atau propaganda.
c.    Media
Media yang dimaksud di sini sebagai alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, Contohnya: dalam komunikasi pribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi.
d.    Penerima
Penerima adalah pihak yang nantinya akan menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima ini bisa saja terdiri atas satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, negara atau partai. Penerima sebagai elemen yang penting dalam proses komunikasi karena penerima yang menjadi sasaran dari komunikasi.
e.    Pengaruh/efek.
Efek atau Pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, apa yang dilakukan, apa yang dirasakan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada sikap, tingkah laku dan pengetahuan. Oleh sebab itu, pengaruh dapat juga diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, tindakan dan sikap seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
f.     Tanggapan balik
Umpan balik merupakan salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Sebenarnya umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti media dan pesan, meskipun pesan belum sampai pada penerima. Contohnya: sebuah konsep surat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuannya. Hal ini menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
g.    Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor lingkungan digolongkan ke dalam empat macam, yaitu lingkungan psikologis, lingkungan sosial budaya, lingkungan fisik dan dimensi waktu. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, di mana tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya. Lingkungan sosial budaya adalah lingkungan yang  menunjukkan factor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial. Lingkungan psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi, misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang usia khalayak. Sedangkan demensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan  waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui demensi waktu maka informasi memiliki nilai.[6]
Jadi, setiap unsur unsur komunikasi ini memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Ketujuh unsur unsur komunikasi saling bergantungan satu sama lainnya, yang berarti bahwa tanpa keikutsertaan salah satu unsur saja akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi.
3.  Proses Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah bagian utama dalam hubungan dan dalam menciptakan suasana kerja yang kondusif. Komunikasi yang sukses dan efektif berasal dari pelaksanaan proses komunikasi. Orang-orang yang terlibat akan meningkatkan keterampilan komunikasi mereka jika mereka mengikuti proses komunikasi, dan tinggal jauh dari hambatan yang berbeda. Telah terbukti bahwa individu yang memahami proses komunikasi akan berkembang menjadi komunikator yang lebih efektif, dan komunikator yang efektif memiliki kesempatan lebih besar untuk menjadi sukses.
Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut:
a.    Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
b.    Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalu telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
c.    Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.
d.    Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
e.    Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
Proses komunikasi adalah panduan untuk mewujudkan komunikasi yang efektif. Ini adalah melalui proses komunikasi yang berbagi makna umum antara pengirim dan penerima berlangsung. Individu yang mengikuti proses komunikasi akan memiliki kesempatan untuk menjadi lebih produktif dalam setiap aspek profesi mereka. Komunikasi yang efektif mengarah pada pemahaman.
Proses komunikasi terdiri dari empat komponen kunci. Komponen-komponen termasuk encoding, media transmisi, decoding, dan umpan balik. Ada juga dua faktor lain dalam proses, dan dua faktor yang hadir dalam bentuk pengirim dan penerima. Proses komunikasi dimulai dengan pengirim dan berakhir dengan penerima.
1)   Langkah pertama pengirim dihadapkan dengan melibatkan proses encoding. Dalam rangka untuk menyampaikan makna, pengirim harus mulai pengkodean, yang berarti menerjemahkan informasi ke dalam sebuah pesan dalam bentuk simbol-simbol yang mewakili ide-ide atau konsep. Proses ini menerjemahkan ide atau konsep ke dalam pesan kode yang akan dikomunikasikan. Simbol dapat mengambil berbagai bentuk seperti, bahasa, kata, atau isyarat. Simbol-simbol ini digunakan untuk mengkodekan ide menjadi pesan bahwa orang lain dapat mengerti.
2)   Untuk memulai transmisi pesan, pengirim menggunakan beberapa jenis saluran (juga disebut media). media adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Kebanyakan media baik lisan maupun tertulis, namun media visual yang saat ini menjadi lebih umum sebagai teknologi mengembang. media umum termasuk telepon dan berbagai bentuk tertulis seperti memo, surat, dan laporan. Efektivitas dari berbagai media berfluktuasi tergantung pada karakteristik komunikasi. Misalnya, ketika umpan balik segera diperlukan, komunikasi lisan lebih efektif karena setiap ketidakpastian bisa dibersihkan di tempat. Dalam situasi di mana pesan harus dikirimkan ke lebih dari sekelompok kecil orang, media tertulis sering lebih efektif. Meskipun dalam banyak kasus, kedua media lisan dan tertulis harus digunakan karena keduanya saling melengkapi.
3)   Setelah channel yang sesuai atau media yang dipilih, pesan memasuki tahap decoding dari proses komunikasi. Decoding dilakukan oleh penerima. Setelah pesan diterima dan diperiksa, stimulus dikirimkan ke otak untuk menafsirkan, dalam rangka untuk menetapkan beberapa jenis makna untuk itu. Ini adalah tahap pengolahan yang merupakan decoding. Penerima mulai menafsirkan simbol-simbol yang dikirim oleh pengirim, menerjemahkan pesan ke mereka sendiri dalam rangka untuk membuat simbol-simbol bermakna. Komunikasi yang sukses terjadi ketika penerima dengan benar menafsirkan pesan pengirim. Penerima adalah individu atau individu-individu kepada siapa pesan itu ditujukan. Sejauh mana orang ini memahami pesan akan tergantung pada sejumlah faktor, yang meliputi: berapa banyak individu atau individu tahu tentang topik itu, penerimaan mereka ke pesan, dan hubungan dan kepercayaan yang ada antara pengirim dan penerima. Semua penafsiran oleh penerima dipengaruhi oleh pengalaman mereka, sikap, pengetahuan, keterampilan, persepsi, dan budaya. Hal ini mirip dengan hubungan pengirim dengan encoding
4)   Umpan balik adalah link terakhir dalam rantai proses komunikasi. Setelah menerima pesan, penerima merespon dalam beberapa cara dan mengirim sinyal respon ke pengirim. Respon bisa berbentuk komentar diucapkan, menghela napas panjang, sebuah pesan tertulis, tersenyum, atau beberapa tindakan lainnya. "Bahkan kurangnya respon, adalah dalam arti, suatu bentuk respon" Tanpa umpan balik, pengirim tidak dapat memastikan bahwa penerima telah menafsirkan pesan dengan benar. Umpan balik merupakan komponen kunci dalam proses komunikasi karena memungkinkan pengirim untuk mengevaluasi efektifitas pesan. Tanggapan akhirnya memberikan kesempatan bagi pengirim untuk mengambil tindakan korektif untuk memperjelas pesan disalahpahami.[7]
Proses komunikasi adalah panduan yang sempurna untuk mencapai komunikasi yang efektif. Ketika diikuti dengan baik, proses biasanya dapat menjamin bahwa pesan pengirim akan dimengerti oleh penerima. Meskipun proses komunikasi tampaknya sederhana, pada dasarnya tidak. Hambatan tertentu bisa terjadi selama proses berlangsung. Hambatan merupakan faktor yang memiliki dampak negatif pada proses komunikasi. Beberapa hambatan umum termasuk penggunaan media yang tidak tepat, tata bahasa salah, kata inflamasi, kata-kata yang bertentangan dengan bahasa tubuh, dan jargon teknis.
Kebisingan juga merupakan salah satu penghalang umum. Kebisingan dapat terjadi dalam setiap tahap proses. Kebisingan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang mendistorsi pesan dengan mengganggu proses komunikasi.



4.  Bentuk-bentuk Komunikasi
a.    Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berfikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung. Demikian menurut Effendy tentang pengertian komunikasi  intrapersonal atau komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung  dalam diri seseorang.orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan.[8]
b.    Komunikasi Antarpersonal
Komunikasi antarpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
c.    komunikasi dalam kelompok
komunikasi dalam kelompok terbagi menjadi dua, yakni komunikasi dalam kelompok besar dan komunikasi dalam kelompok kecil.
Komunikasi dalam kelompok besar (large group, massa atau macro group) Tidaklah selalu sama dengan komunikasi  dalam kelompok kecil meskipun setiap kelompok besar pasti terdiri atas beberapa kelompok kecil.hal ini antara lain dikarenakan beberapa hal, seperti komunikasi dalam kelompok besar jumlahnya yang besar (ratusan atau ribuan orang) di mana dalam suatu situasi komunikasi yang sedang berlangsung hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal dan personal karna sedikit sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk bertanya jawab. Selain itu situasi dialogis hampir tidak ada.
Sedangkan komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka.
d.      Komunikasi massa
Komunikasi Massa adalah produksi dan distribusi secara institusional dan teknologis dari sebagian besar aliran pesan yang dimiliki bersama secara berkelanjutan dalam masyarakat-masyarakat industrial.
Komunikasi adalah interaksi yang dapat memberikan pemahaman. Dalam sebuah komunikasi ada proses dan usaha untuk memahami dan dipahami. Apabila kita bicara, tetapi belum dipahami oleh orang yang diajak bicara, maka dikatakan belum berkomunikasi. Itulah hakekat dari komunikasi.[9]
5.  Prinsip-prinsip Komunikasi
Untuk dapat memahami hakikat suatu komunikasi perlu diketahui prinsip dari komunikasi tersebut. Menurut Seiler, ada empat prinsip dasar komunikasi yaitu: suatu proses, suatu sistemek, intraksi dan transaksi, dimaksudkan atau tidak dimaksudkan. Masing-masing dari prinsip itu akan dijelaskan berikut ini.
a.    Komunikasi sebagai suatu proses
Komunikasi adalah suatu proses Karena merupakan suatu seri kegiatan yang terus-menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah. Komunikasi juga bukanlah suatu barang yang dapat di tangkap dengan tangan untuk dapat diteliti. Komunikasi juga melibatkan suatu variasi saling berhubungan yang kompleks yang tidak pernah ada duplikat dalam cara yang persis sama yaitu: saling berhubungan diantara orang, lingkungan, keterampilan, sikap, status, pengalaman, dan perasaan, semuanya menentukan komunikasi yang terjadi pada suatu waktu tertentu.
b.    Komunikasi sebagai suatu sistem
Seperti kita ketahui diatas bahwa komunikasi terdiri dari beberapa unsur-unsur dan unsur-unsur tersebut mempunyai tugas masing-masing. Tugas dari unsur-unsur itu berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu komunikasi. Misalnnya pengirim mempunyai peranan untuk menentukan apa informasi atau apa arti yang dikomunikasikan. Setelah tahu apa arti komunikasi atau informasi yang akan dikirimkan, informasi tersebut perlu diubah ke dalam kode atau sandi-sandi tertentu sesuai dengan aturannya sehingga berupa suatu pesan.
Jadi komponen pesan ada kaitannya dengan komponen pengirim. Bila pengririm tidak benar menyandikan arti yang akan dikirim maka terjadilah pesan itu kurang tepat. Kurang tepatnya pesan yang dikirim akan mempengaruhi komponen penerima dalam menginterperstasikannya. Kaitan komponen pesan dengan saluran misalnya bila pesan disampaikan dengan lisan maka gelombang suara adalah saluran dan ini juga berkaitan dengan si penerima dalam mengikuti pesan yang harus menggunakan pendengarannya dalam menerima pesan tersebut. Begitulah, antara satu komponen yang lain saling berkaitan dan bila terdapat gangguan pada suatu komponen akan berpengaruh pada proses komunikasi secara keseluruhan.
c.    Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi
Yang dimaksud dengan istilah interaksi adalah saling bertukar komunikasi. Misalnya seseorang berbicara kepada temannya mengenai sesuatu, kemudian temannya yang mendengar memberikan reaksi atau komentar terhadap apa yang sedang dibicarakan itu. Begitu selanjutnya  berlangsung secara teratur ibarat orang yang bermain melempar bola. Seorang yang melemparkan yang lainnya menangkap kemudian yang menangkap melemparkan kembali keada si pelempar pertama.
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi yang kita lakukan tidak teratur itu prosesnya. Banyak dalam percakapan  tatap muka berlibat dalam proses pengiriman  pesan secara simultan tidak terpisah seperti contoh diatas. Dalam keadaan demikian komunikasi tersebut bersifat transaksi. Sambil menyandikan pesan kita juga menginterprestasikan pesan yang kita terima. Misalnya dalam situasi pengajaran di kelas antara guru dengan murid seringklai memperlihatkan komunikasi transaksi ini. Sambil guru menyampaikan informasi kepada murid atau sedang menjelaskan pengajaran muridpun menyampaikan pesan kepada guru dalam bermacam-macam bentuk. Jadi, kmunikasi yang terjadi antara manusia dapat berupa intraksi dan transaksi.
d.    Komunikasi dapat terjadi  disengaja maupun tidak disengaja
Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan kepada penerima yang dimaksudkan. Misalnya seorang pemimpin bermaksud mengadakan rapat dengan kepala-kepala bagiannya. Apabila pimpinan tersebuut mengirimkan pesan yang berisi undangan rapat kepada kepala-kepala bagiannya, maka itu dinamakan komunikasi disengaja. Tetapi  apabila pesan yang tidak sengaja atau tidak dimaksudkan untuk orang tertentu untuk menerimanya maka itu dinamakan komunikasi tidak disengaja.  Misalnya seseorang memakai warna pakaian yang agak terang yang tidak mempunyai maksud untuk mengirim pesan tertentu, kadang-kaadng diterima secara tidak sengaja sebagai pesan oleh orang lain, karena tanpa disadari orang lain melihat warna pakaian yang dipakainya.
Komunikasi yang ideal terjadi apabila seseorang bermaksud mengirim pesan tertentu terhadap oang lain yang ia inginkan untuk menerimanya. Tetap itu bermula merupakan jaminan bahwa pesan itu akan efektif, karena tergantung kepada factor lain yang juga ikut berpengaruh kepada proses komunikasi. Kadang-kadang ada juga pesan yang sengaja dikirimkan kepada orang orang yang dimaksudkan tetapi sengaja tidak diterima oleh orang itu. Misalnya orang tua yang berbicara kepda anaknya tetapi anaknya tidak mau mendengarnya.
Ada juga situasi komunikasi yang tidak disengaja tetapi diterima oleh orang lain dengan sengaja. Misalnya: dalam suatu kelas yang hening tiba-tiba seorang murid berdiri maju kedepan mengambil kapur untuk menghisap tinta penanya. Gerakan murid dengan tidak sengaja sebagai pesan itu diterima murid-murid lainnya sebagai pesan karena tiba-tiba temannya yang lain memperhatikan geraknya yang menimbulkan bermacam-macam interprestasi bagi mereka. Dari bermacam-macam contoh diatas jelaslah, bahwa komunikasi itu dapat terjadi disengaja maupun tidak dengan disengaja.[10]
B.     Pengertian Koordinasi
1.    Koordinasi
Koordinasi berasal dari kata coordination, co dan ordinare yang berarti to regulate. Dari pendekatan empirik yang dikaitkan dengan etimologi, koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat (equal in rank or order, of the same rank or order, not subordinate) untuk saling memberi informasi dan mengatur (menyepakati) hal tertentu.[11]
Secara normatif, koordinasi diartikan sebagai kewenangan untuk menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan tertentu. Sedangngkan secara fungsional, koordinasi dilakukan guna untuk mengurangi dampak negatif spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja[12]
Koordinasi dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yang satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak keberhasilan yang lain
Koordinasi (coordination) adalah prooses pengintergrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departmen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif.[13] Tampa koordinasi, individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan mengejar kepentingan sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Menurut Malayu S.P. Hasibuan dalam
Koordinasi adalah kegiatan yang mengarahkan, mengintergrasikan dan mengkoordinasi unsur-unsur manajemen (6M) dan pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan.[14]
Sedangkan Awaladuddin Djamin dalam Malayu S.P. Hasibuan mengatakan bahwa koordinasi adalah suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu, dan saling melengkapi. Dengan demikian koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi.[15]
Kegiatan-kegiatan dari saruan-satuan organisasi berbeda dengan kebutuhan intergrasi. Kebutuhan adakn koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam saruan pelaksanaany. Bila tugas-tugas tersebut memerlukan aliran atau informasi antara satuan, derajat tinggi koordinasi yang tinggi adalah paing baik. Derajat komunikasi yang tinggi ini sanggat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-rubah serta saling ketergantunga  adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.
Menurut James D. Thompson, ada tiga macam saling ketergantungan di antara satua-satuan organisasi yaitu:
1.      Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence) bila satuan-satuan organisasi tidak saling ketergantungan satu sama lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi ketergantungan pada pelaksanaan kerja setiap tahun yang memuaskan untuk hasil terakhir.
2.      Saling ketergantungan (sequential interdependence) dimana suatu organisasi harus melakukan pekerjaanya terlebih dahulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
3.      Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence) mereupkana hubungan memberi dan menerima antara satuan organisasi.[16]
Ketiga hubungan saling saling ketergantungan, koordinasi saling ketergantungan yang menyatu lebih besar dari macam ketergantungan yang lain Koordinasi dan hubungan kerja merupakan dua pengertian yang saling berhubungan karena koordinasi hanya dapat tercapai sebaik-baiknya dengan melakukan hubungan kerja yang efektif. Hubungan kerja adalah bentuk administrasi yang membantu tercapainya koordinasi. Oleh karena itu dikatakan bahwa hasil akhir daripada komunikasi (hubungan kerja) adalah tercapainya koordinasi dengan cara yang berhasil guna dan berdaya guna (efektif dan efisien). Koordinasi dimaksudkan sebagai usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja (unit-unit) organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan dari beberapa pengertian yang telah diungkapkan oleh para ahli maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dikatakan koordinasi adalah suatu usaha yang singkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
2.      Syarat-syarat Koordinasi
Adapun syarat-syarat khusus umum yang ada dalam koordinasi adalah sebagai  berikut:
a.       Sense of cooperation (perusahaan untuk bekerja sama), ini harus dilihat dari sudut bagian pembagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
b.      Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan
c.       Team Spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian saling menghargai
d.      Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.[17]
Ringkasnya kekuatan suatu organisasi ditentukan oleh spirit-esprit atau semangatnya. Semangat ini ditentukan oleh tujuans dan cara-cara mencapai tujuan itu dan ini meliputi doktrin. Selain semangat koordinasi juga harus mempunyai aspek-aspek formal yaitu metode-metode, teknik yang ditunjukan untuk mengeja/mencapai sasaran tersebut.
3. Prinsip-Prinsip Koordinasi
Prinsip-prinsip koordinasi disingkat KOORDINASI
a.       Kesamaan: sama dalam visi, misi, dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan bersama (sense of porpose).
b.      Orientasikan: titik pusatnya pada sekolah (sebagai koordinator) yang simpul-simpulnya stakeholders sekolah.
c.       Organisasi: diatur orang- orang yang berkoordinasi untuk mebina yaitu harus berada dalam satu payung (terorganisasi) sehingga sikap egosektoral dapat terhindari.
d.      Rumuskan: nyatakan secara jelas wewenan, tanggung jawab, dan tugas masing-masing agar tidak tumpang tindih.
e.       Diskusi: cari cara yang efektif, efisien, dan komunikatif dalam berkoordinasi.
f.        Informasikan: semua hasil diskusi dan keputusan mengalir cepat kesemua pihak yang ada dalam sistem jaringan koordinasi (coordination network system).
g.      Negosiasikan: dalam perundingan mencari kesepakatan harus saling menghirmati (team spirit) dan usahakan menang-menang jangan sampai pihak lain sebagai koordinasi justru dirugikan.
h.      Atur jadwal: rencanakan koordinasi dan harus dipatuhi dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak.
i.        Solusikan: satu masalah dalam simpul jaringan harus dirasakan dan dipecahkan semua stakeholders dengan sebaik-baiknya.
j.        Insafkan: setiap stakeholders harus memiliki laporan tertulis yang lengkap dan setiap menginformasikannya sesuai dengan kebutuhan koordinasi.[18]
4. Jenis-jenis Koordinasi
Adapun jenis-jenis koordinasi yaitu:
a.       Koordinasi vertikal (vertical coordination) adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yangdilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kinerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung jawab. Tegasnya atasan mengkoordinasikan semua aparat yang ada dibawa tanggungjawabnya secara langsung.koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan,karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur.
b.      Koordinasi horisontal (horizontal coordination) adalah koordinasi dilakukan terhadap tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan dilakukan kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadpa kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat. Koordinasi horisontal ini di bagi.[19]

Sedangkan menurut Komaruddin membagi koordinasi sebagai berikut:
1)      Koordinasi Vertikal
Koordinasi vertikal ialah koordinasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada atasannya dan kepada bawahannya. Misalnya, koordinasi Kepala Sekolah dengan Kepala Dinas Pendidikan dan atau bawahannya.
2)      Koordinasi Fungsional
Koordinasi Fungsional ialah koordinasi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lainnya yang tugasnya saling berkaitan berdasarkan asas fungsionalisasi.
a)      Koordinasi Fungsional dibedakan atas:
(1)   Koordinasi fungsional horizontal, koordinasi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lainnya yang setingkat. Misalnya, Kepala SMPN 1 dengan Kepala SMPN 2.
(2)   Koordinasi fungsional diagonal, koordinasi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lain yang lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, Kepala SMPN 1 dengan Kepala SDN 57 atau dengan staffnya.
(3)   Koordinasi fungsional teritorial, koordinasi ini dilakukan Kepala Sekolah dengan pejabat atau Kepala Sekolah lain yang berada dalam wilayah tertentu dimana semua urusan yang ada dalam wilayah tersebut menjadi kewenangan dan tanggung jawab Kepala Sekolah bersangkutan selaku penguasa atau penanggung jawab tunggal. Misalnya, Kepala SMP  Percobaa dengan Kepaa-Kepala SMP Target di Kabupaten yang telah ditentukan.[20]
Berbagai jenis koordinasi yang telah diutarakan sebelumnya semua hampir sama namun kemudian pada hakikatnya, ini semua tetap berlandaskan kepada koordinasi yang baik antara pimpinan dan bawahan dalam suatu organisasi agar komunikasi berjalan lancar sesuai dengan perencanaan sebelumnya.


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya maka dapat di tarik sebuah kesimpulan yaitu:
1.      Komunikasi
a.       Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut: pengirim pesan, penerima pesan dan pesan. Semua fungsi manajer melibatkan proses komunikasi. Proses komunikasi dimulai dengan adanya pengirim pesan yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang agar dapat dipahami sesuai apa yang ia sampaikan. Kemudian pesan (informasi) tersebut disampaikan melalui isyarat (simbol), baik verbal (kata-kata) maupun non verbal (bahasa tubuh) melalui media komunikasi langsung (tatap muka), TV, Radio, internet, dll. Setelah pesan diterima melalui indera, maka si penerima mengartikan, atau menterjemahkan agar dapat dipahami olehnya. Setelah pesan tersebut dimengerti, maka ada tanggapan atau isyarat yang berisi pesan dari penerima agar pengirim pesan tahu dampak pesannya terhadap penerima pesan (balikan). Disamping proses komunikasi diatas, juga ada gangguan yang menghalangi suatu proses komunikasi yang akibatnya penerima salah mentafsirkan pesan/isyarat tersebut.
b.      Unsur-unsur komunikasi adalah:
1)      Sumber
2)      Pesan
3)      Media
4)      Penerima
5)      Pengaruh/efek
6)      Tanggapan balik
7)      Lingkungan
c.       Proses Komunikasi
1)      Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud
2)      Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung
3)      Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.
4)      Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
5)      Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
d.      Ada 4 macam bentuk komunikasi diantaranya yaitu:
1)      Komunikasi Intrapersonal
2)      Komunikasi Antarpersonal
3)      komunikasi dalam kelompok
4)      Komunikasi massa

e.       Prinsip komunikasi ialah:
1)   Komunikasi sebagai suatu proses.
2)   Komunikasi sebagai suatu sistem.
3)   Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi.
4)   Komunikasi dapat terjadi  disengaja maupun tidak disengaja.
2.      Koordinasi.
a.       Pengertian Koordinasi, bahwa koordinasi merupakan keselarasan antara kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan didalam sebuah organisasi sehingga menciptakan kegiatan yang efiesien, bersinergi, dan memiliki peluang untuk berhasil disamping itu pula koordinasi mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan suatu organisasi dan didalamnya terdapat prinsip-prinsip dalam melakukan koordinasi. Jika koordinasi antar kelompok atau individu baik maka yang akan didapat akan baik pula. Jika kurang koordinasinya maka hasilnya kurang memuaskan.
b.      Adapun syarat-syarat koordinasi ialah:
1)      Sense of cooperation (perusahaan untuk bekerja sama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2)      Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan
3)      Team Spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian saling menghargai
4)      Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikut sertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.

c.       Ada 10 prinsip koordinasi diantaranya:
1)      Kesamaan.
2)      Orientasikan.
3)      Organisasi.
4)      Rumuskan.
5)      Diskusi
6)      Informasikan.
7)      Negosiasikan.
8)      Atur jadwal.
9)      Solusikan.
10)  Insafkan.
d.      Jenis-jenis koordinasi
1)      Koordinasi vertikal.
2)      Koordinasi horisontal.
B.   Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunannya, baik dari segi materi, maupun penyusunannya, oleh karena itu penyusun mengharapakan sumbangsih pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya, dan harapan bagi penyusun, semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses komunikasi dan koordinasi.


DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Dawson, EJ. dan Burgoon, Hunsaker. Komunikasi manusia. Thousand Oaks. CA; Sage, 1994.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2002.
Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.
Faules, Don dan F. R. Wayne Pace. Komunikasi Organisasi; Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Handoko,Tani. Manajemen. Cet. XVIII; Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2003.
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Ce. VII; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Komaruddin.  Ensiklopedia Manajemen. Bandung: Penerbir Alumni, 1979.
Lestari, Endang. Komunikasi Yang Efektif . Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Najib, Sulhan. Karakter Guru Masa Depan. Surabaya: JP Books, 2010.
Ndraha, Taliziduhu. Ilmu Pemerintahan Baru. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Sarwoto. Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981.
Siswanto, H. B. Manajer Tenaga Kerja. Bandung: Sinar Baru, 1987.
Suranto. Komunikasi Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana, 2005.
Thompson, James D. Organization in Action. New York: Mc-Hill, 1967.
Usman, Husain. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Cet. II; Jakarta Bumi Aksara,  2010.

 



[1]R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi; Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 3.
[2]Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2002), h. 584.
[3]Endang Lestari, Komunikasi yang Efektif  (Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2003), h. 48.
[4]Suranto, Komunikasi Perkantoran (Yogyakarta: Media Wacana, 2005), h. 30.
[5]Hafied Cangara, Pengantar Ilmu komunikasi  (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007)  h. 22.
[6]Hafied Cangara, Pengantar Ilmu komunikasi, h. 24-33.
[7]Burgoon, Hunsaker, dan EJ. Dawson, Komunikasi manusia. (Thousand Oaks. CA; Sage, 1994), h. 42.
[8]Onong Uchjana Effendi. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 57.
[9]Sulhan Najib. Karakter Guru Masa Depan (Surabaya: JP Books, 2010), h. 152.
[10]Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 20.
[11]Taliziduhu Ndraha, Ilmu Pemerintahan Baru  (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 290.
[12]Taliziduhu Ndraha, Ilmu Pemerintahan Baru. h. 290.
[13]Tani Handoko, Manajemen (Cet. XVIII; Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2003), h. 195.
[14]Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah (Ce. VII; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 85.
[15]Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah (Cet. II; Jakarta Bumi Aksara,  2010),  h. 86.
[16]James D. Thompson, Organization in Action (New York: Mc-Hill, 1967), h. 2.
[17]H.B. Siswanto, Manajer Tenaga Kerja (Bandung: Sinar Baru, 1987), h. 31.
[18]Husain Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. h, 448.
[19]Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), h. 87.
[20]Komaruddin,  Ensiklopedia Manajemen (Bandung: Penerbir Alumni, 1979), h. 198.
 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN

MATERI PENDIDIKAN ISLAM