KOMUNIKASI DAN KOORDINASI
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Manajemen
adalah suatu seni atau cara untuk menyelesaikan permasalahan dengan berkerja
sama melalui orang lain atau sumberdaya lainnya. Sebagai suatu proses,
manajemen memerlukan berbagai aspek pendukung untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan atau tujuan-tujuannya. Diantara bermacam cara
melakukan manajerial, salah satu aspek penting yang menjadi cara untuk
berlangsungnya sebuah proses manajemen yaitu melakukan komunikasi dan koordinasi.
Komunikasi dan Koordinasi
sebagai aspek penting manajemen, memerlukan sebuah sumber daya manusia, yang
didalamnya terdapat pola pikir untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu,
diperlukannya hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran, guna untuk mengetahui
lebih jelas dan lebih dalam apa yang dimaksud dengan komunikasi dan koordinasi
sebagai suatu aspek penting dalam manajerial untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang ada. Dalam hal ini, kami mengaitkan permasalahan
didalam rapat pelu adanya komunikasi dan koordinasi antara unsur pimpinan
dengan bawahan dalam suatu organisasi.
Pada makalah
ini, kami akan membahas secara spesifik tentang salah satu bagian dari
manajemen yaitu komunikasi dan pengkoordinasian/koordinasi. Komunikasi dalam
organisasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat dan pemahaman
atas informasi dari suatu unit (pengirim) ke unit yang lain (penerima) tidak
hanya vital dalam perumusan tujuan organisasi, tetapi juga merupakan peralatan
dan sarana penting melalui kegiatan organisasi. Komunikasi adalah satu usaha
praktek dalam mempersatukan pendapat-pendapat, ide-ide, persamaan pengertian
dan persatuan kelompok.
Aktifitas
komunikasi memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Apabila kajian komunikasi
dihubungkan dengan organisasi timbul suatu kajian tentang komunikasi
organisasi. Organisasi merupakan salah konteks penting dalam komunikasiKoordinasi
merupakan daya upaya untuk mensinkronkan dan menyatukan tindakan-tindakan
kelompok tugas dalam suatu manajemen. Sedangkan koordinasi (coordination)
mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi, tidak dikerjakan
menurut kehendak yang mengerjakan saja, tetapi menurut aturan sehingga
menyumbang penyampaian tujuan. Pengkoordinasian merupakan rangkaian aktivitas
menghubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya
sehingga semuanya berlangsung secara tertib dan seirama menuju kearah
tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan,percekcokan, kekembaran kerja atau
kekosongan kerja.
Maka dari itu,
sehubung dengan masalah diatas. Maka penulis tertarik untuk membahas aspek komunikasi
dan koordinasi didalam sebuah organisasi yang merupakan titik pusat komunikasi
dan wewenang-wewenang dari atasan kepada bawahan untuk melaksanakan tugasnya.
Sehingga organisasi tersebut berjalan dengan baik.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai berikut:
1. Komunikasi
a. Pengertian
komunikasi.?
b. Bagaimana unsur-unsur
komunikasi.?
c. Bagaimana
proses komunikasi.?
d. Bagaimana
bentuk-bentuk komunikasi.?
e. Bagaimana
prinsip-prinsip komunikasi.?
2. Koordinasi
a. Apakah yang
dimaksud koordinasi?
b. Bagaimana syarat-Syarat
Koordinasi?
c. Bagaimana
prinsip-prinsip dari koordinasi?
d. Apa saja
jenis-jenis koordinasi?
C.
Tujuan
1. Komunikasi
a. Untuk
mengetahui pengertian komunikasi.
b. Untuk
mengetahui unsur-unsur komunikasi.
c. Untuk
mengetahui proses komunikasi.
d. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk komunikasi.
e. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip komunikasi.
2. Koordinasi
a. Untuk
mengetahui pengertian koordinasi.
b. Untuk
mengetahui syarat-syarat dari koordinasi.
c. Untuk mengetahui
prinsip-prinsip koordinasi.
d. Untuk
mengetahui jenis-jenis koordinasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Komunikasi
- Komunikasi
Istilah
komunikasi berasal dari kata Latin “Communicare”
atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau
kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan
kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.[1]
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami.[2]
Banyak
pendapat dari berbagai pakar mengenai definisi komunikasi, namun jika
diperhatikan dengan seksama dari berbagai pendapat tersebut mempunyai maksud
yang hampir sama. Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari
secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu “cum”, sebuah kata depan yang artinya
dengan, atau bersama dengan, dan kata “umus”,
sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda “communio”, yang dalam bahasa Inggris
disebut “communion”, yang mempunyai
makna kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan.
Karena untuk ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata
communion dibuat kata kerja “communicare”
yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan
sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap,
bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi
mempunyai makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau
hubungan.[3]
Evertt
M. Rogers dalam Suranto mendefinisikan
komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang
dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya.
Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa
komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai
beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir
komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang
sedikit lebih detil. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan
kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima
memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol
yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.[4]
Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses
penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik secara
verbal maupun nonverbal. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan
simbol, tanda, atau tingkah laku.
2.
Unsur-Unsur Komunikasi
Dari
pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi antar
manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada
orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini
juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi.
Terdapat
beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung
terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa proses tejadinya komunikasi.
Cukup di dukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan
balik dan lingkungan selain lima unsur yang telah disebutkan.
Aristoteles,
ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya “Rhetorica” sebagaimana yang dikutip
oleh Hafied
Cangara menyebut bahwa suatu proses komunikasi
memerlukan tiga unsur yang mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang
dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan. Pandangan Arestoteles ini oleh besar
pakar komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi
publik dalam bentuk pidato atau retorika. Hal ini bisa dimengerti, karena pada
zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat popoler bagi
masyarakat Yunani.[5]
Adapun
beberapa unsur-unsur terjadinya komunikasi antara lain:
a.
Sumber
Semua
peristiwa komunikasi yang terjadi melibatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Di dalam komunikasi antar manusia,
sumber ini bisa terdiri dari satu orang maupun dalam bentuk kelompok, Contoh:
partai, lembaga atau organisasi. Sumber sering juga disebut sebagai pengirim
(komunikator).
b.
Pesan
Pesan
yang dimaksud di dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan tersebut dapat disampaikan secara tatap muka
atau melalui media komunikasi. Isi dari pesan tersebut dapat berupa informasi,
ilmu pengetahuan, hiburan, nasihat atau propaganda.
c.
Media
Media
yang dimaksud di sini sebagai alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam
bentuknya, Contohnya: dalam komunikasi pribadi panca indera dianggap sebagai
media komunikasi.
d.
Penerima
Penerima
adalah pihak yang nantinya akan menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima ini bisa saja terdiri atas satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, negara atau partai. Penerima sebagai elemen yang penting dalam proses
komunikasi karena penerima yang menjadi sasaran dari komunikasi.
e.
Pengaruh/efek.
Efek
atau Pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, apa yang dilakukan,
apa yang dirasakan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh
ini bisa terjadi pada sikap, tingkah laku dan pengetahuan. Oleh sebab itu,
pengaruh dapat juga diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, tindakan dan sikap seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
f.
Tanggapan
balik
Umpan
balik merupakan salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima.
Sebenarnya umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti media dan pesan,
meskipun pesan belum sampai pada penerima. Contohnya: sebuah konsep surat yang
digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke
tujuannya. Hal ini menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
g.
Lingkungan
Lingkungan
merupakan faktor-faktor
tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor lingkungan
digolongkan ke dalam empat macam, yaitu lingkungan psikologis, lingkungan
sosial budaya, lingkungan fisik dan dimensi waktu. Lingkungan fisik adalah
lingkungan yang menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi
kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi sering
kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, di mana tersedia
fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya. Lingkungan
sosial budaya adalah lingkungan yang
menunjukkan factor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi
kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat
istiadat, dan status sosial. Lingkungan psikologis adalah pertimbangan kejiwaan
yang digunakan dalam berkomunikasi, misalnya menghindari kritik yang
menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang usia khalayak.
Sedangkan demensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan
komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui
demensi waktu maka informasi memiliki nilai.[6]
Jadi,
setiap unsur unsur komunikasi ini memiliki peranan yang sangat penting dalam
membangun proses komunikasi. Ketujuh unsur unsur komunikasi saling bergantungan
satu sama lainnya, yang berarti bahwa tanpa keikutsertaan salah satu unsur saja
akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi.
3. Proses Komunikasi
Komunikasi
yang efektif adalah bagian utama dalam hubungan dan dalam menciptakan suasana
kerja yang kondusif. Komunikasi yang sukses dan efektif berasal dari pelaksanaan
proses komunikasi. Orang-orang yang terlibat akan meningkatkan keterampilan
komunikasi mereka jika mereka mengikuti proses komunikasi, dan tinggal jauh
dari hambatan yang berbeda. Telah terbukti bahwa individu yang memahami proses
komunikasi akan berkembang menjadi komunikator yang lebih efektif, dan
komunikator yang efektif memiliki kesempatan lebih besar untuk menjadi sukses.
Proses
komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara
komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk
menciptakan komunikasi yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada
umumnya).
Secara
ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut:
a.
Komunikator (sender) yang mempunyai maksud
berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang
dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa
ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
b.
Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau
saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara
langsung melalu telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
c.
Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke
komunikan.
d.
Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi
pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
e.
Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya,
apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
Proses
komunikasi adalah panduan untuk mewujudkan komunikasi yang efektif. Ini adalah
melalui proses komunikasi yang berbagi makna umum antara pengirim dan penerima
berlangsung. Individu yang mengikuti proses komunikasi akan memiliki kesempatan
untuk menjadi lebih produktif dalam setiap aspek profesi mereka. Komunikasi yang
efektif mengarah pada pemahaman.
Proses
komunikasi terdiri dari empat komponen kunci. Komponen-komponen termasuk encoding, media transmisi, decoding, dan umpan balik. Ada juga dua
faktor lain dalam proses, dan dua faktor yang hadir dalam bentuk pengirim dan
penerima. Proses komunikasi dimulai dengan pengirim dan berakhir dengan
penerima.
1)
Langkah pertama pengirim dihadapkan
dengan melibatkan proses encoding.
Dalam rangka untuk menyampaikan makna, pengirim harus mulai pengkodean, yang
berarti menerjemahkan informasi ke dalam sebuah pesan dalam bentuk
simbol-simbol yang mewakili ide-ide atau konsep. Proses ini menerjemahkan ide
atau konsep ke dalam pesan kode yang akan dikomunikasikan. Simbol dapat
mengambil berbagai bentuk seperti, bahasa, kata, atau isyarat. Simbol-simbol
ini digunakan untuk mengkodekan ide menjadi pesan bahwa orang lain dapat
mengerti.
2)
Untuk memulai
transmisi pesan, pengirim menggunakan beberapa jenis saluran (juga disebut
media). media adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Kebanyakan media
baik lisan maupun tertulis, namun media visual yang saat ini menjadi lebih umum
sebagai teknologi mengembang. media umum termasuk telepon dan berbagai bentuk
tertulis seperti memo, surat, dan laporan. Efektivitas dari berbagai media
berfluktuasi tergantung pada karakteristik komunikasi. Misalnya, ketika umpan
balik segera diperlukan, komunikasi lisan lebih efektif karena setiap
ketidakpastian bisa dibersihkan di tempat. Dalam situasi di mana pesan harus
dikirimkan ke lebih dari sekelompok kecil orang, media tertulis sering lebih
efektif. Meskipun dalam banyak kasus, kedua media lisan dan tertulis harus
digunakan karena keduanya saling melengkapi.
3)
Setelah channel
yang sesuai atau media yang dipilih, pesan memasuki tahap decoding dari proses komunikasi. Decoding
dilakukan oleh penerima. Setelah pesan diterima dan diperiksa, stimulus
dikirimkan ke otak untuk menafsirkan, dalam rangka untuk menetapkan beberapa
jenis makna untuk itu. Ini adalah tahap pengolahan yang merupakan decoding. Penerima mulai menafsirkan
simbol-simbol yang dikirim oleh pengirim, menerjemahkan pesan ke mereka sendiri
dalam rangka untuk membuat simbol-simbol bermakna. Komunikasi yang sukses
terjadi ketika penerima dengan benar menafsirkan pesan pengirim. Penerima
adalah individu atau individu-individu kepada siapa pesan itu ditujukan. Sejauh
mana orang ini memahami pesan akan tergantung pada sejumlah faktor, yang
meliputi: berapa banyak individu atau individu tahu tentang topik itu,
penerimaan mereka ke pesan, dan hubungan dan kepercayaan yang ada antara
pengirim dan penerima. Semua penafsiran oleh penerima dipengaruhi oleh
pengalaman mereka, sikap, pengetahuan, keterampilan, persepsi, dan budaya. Hal
ini mirip dengan hubungan pengirim dengan encoding
4)
Umpan balik adalah link terakhir
dalam rantai proses komunikasi. Setelah menerima pesan, penerima merespon dalam
beberapa cara dan mengirim sinyal respon ke pengirim. Respon bisa berbentuk
komentar diucapkan, menghela napas panjang, sebuah pesan tertulis, tersenyum,
atau beberapa tindakan lainnya. "Bahkan kurangnya respon, adalah dalam
arti, suatu bentuk respon" Tanpa umpan balik, pengirim tidak dapat
memastikan bahwa penerima telah menafsirkan pesan dengan benar. Umpan balik
merupakan komponen kunci dalam proses komunikasi karena memungkinkan pengirim
untuk mengevaluasi efektifitas pesan. Tanggapan akhirnya memberikan kesempatan
bagi pengirim untuk mengambil tindakan korektif untuk memperjelas pesan
disalahpahami.[7]
Proses
komunikasi adalah panduan yang sempurna untuk mencapai komunikasi yang efektif.
Ketika diikuti dengan baik, proses biasanya dapat menjamin bahwa pesan pengirim
akan dimengerti oleh penerima. Meskipun proses komunikasi tampaknya sederhana,
pada dasarnya tidak. Hambatan tertentu bisa terjadi selama proses berlangsung. Hambatan
merupakan faktor yang memiliki dampak negatif pada proses komunikasi. Beberapa
hambatan umum termasuk penggunaan media yang tidak tepat, tata bahasa salah,
kata inflamasi, kata-kata yang bertentangan dengan bahasa tubuh, dan jargon
teknis.
Kebisingan
juga merupakan salah satu penghalang umum. Kebisingan dapat terjadi dalam
setiap tahap proses. Kebisingan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
mendistorsi pesan dengan mengganggu proses komunikasi.
4. Bentuk-bentuk
Komunikasi
a.
Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi dengan
diri sendiri dengan tujuan untuk berfikir, melakukan
penalaran, menganalisis dan merenung. Demikian menurut Effendy
tentang pengertian komunikasi intrapersonal atau komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang.orang itu
berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan.[8]
b.
Komunikasi Antarpersonal
Komunikasi
antarpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua
orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika.
c.
komunikasi dalam kelompok
komunikasi dalam kelompok terbagi
menjadi dua, yakni komunikasi dalam kelompok besar dan komunikasi dalam
kelompok kecil.
Komunikasi
dalam kelompok besar (large group, massa
atau macro group) Tidaklah selalu
sama dengan komunikasi dalam kelompok
kecil meskipun setiap kelompok besar pasti terdiri atas beberapa kelompok
kecil.hal ini antara lain dikarenakan beberapa hal, seperti komunikasi dalam
kelompok besar jumlahnya yang besar (ratusan atau ribuan orang) di mana dalam
suatu situasi komunikasi yang sedang berlangsung hampir tidak terdapat
kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal dan personal karna sedikit
sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk bertanya jawab. Selain itu situasi
dialogis hampir tidak ada.
Sedangkan
komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang
masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat
organisasi tertentu diantara mereka.
d.
Komunikasi massa
Komunikasi Massa adalah produksi dan
distribusi secara institusional dan teknologis dari sebagian besar aliran pesan
yang dimiliki bersama secara berkelanjutan dalam masyarakat-masyarakat
industrial.
Komunikasi
adalah interaksi yang dapat memberikan pemahaman. Dalam sebuah komunikasi ada
proses dan usaha untuk memahami dan dipahami. Apabila kita bicara, tetapi belum
dipahami oleh orang yang diajak bicara, maka dikatakan belum berkomunikasi.
Itulah hakekat dari komunikasi.[9]
5. Prinsip-prinsip
Komunikasi
Untuk
dapat memahami hakikat suatu komunikasi perlu diketahui prinsip dari komunikasi
tersebut. Menurut Seiler, ada empat prinsip dasar komunikasi yaitu: suatu
proses, suatu sistemek, intraksi dan transaksi, dimaksudkan atau tidak
dimaksudkan. Masing-masing dari prinsip itu akan dijelaskan berikut ini.
a.
Komunikasi sebagai suatu proses
Komunikasi
adalah suatu proses Karena merupakan suatu seri kegiatan yang terus-menerus,
yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah. Komunikasi
juga bukanlah suatu barang yang dapat di tangkap dengan tangan untuk dapat
diteliti. Komunikasi juga melibatkan suatu variasi saling berhubungan yang
kompleks yang tidak pernah ada duplikat dalam cara yang persis sama yaitu:
saling berhubungan diantara orang, lingkungan, keterampilan, sikap, status,
pengalaman, dan perasaan, semuanya menentukan komunikasi yang terjadi pada
suatu waktu tertentu.
b.
Komunikasi sebagai suatu sistem
Seperti
kita ketahui diatas bahwa komunikasi terdiri dari beberapa unsur-unsur dan
unsur-unsur tersebut mempunyai tugas masing-masing. Tugas dari unsur-unsur itu
berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu komunikasi. Misalnnya
pengirim mempunyai peranan untuk menentukan apa informasi atau apa arti yang
dikomunikasikan. Setelah tahu apa arti komunikasi atau informasi yang akan
dikirimkan, informasi tersebut perlu diubah ke dalam kode atau sandi-sandi tertentu
sesuai dengan aturannya sehingga berupa suatu pesan.
Jadi
komponen pesan ada kaitannya dengan komponen pengirim. Bila pengririm tidak
benar menyandikan arti yang akan dikirim maka terjadilah pesan itu kurang
tepat. Kurang tepatnya pesan yang dikirim akan mempengaruhi komponen penerima
dalam menginterperstasikannya. Kaitan komponen pesan dengan saluran misalnya
bila pesan disampaikan dengan lisan maka gelombang suara adalah saluran dan ini
juga berkaitan dengan si penerima dalam mengikuti pesan yang harus menggunakan
pendengarannya dalam menerima pesan tersebut. Begitulah, antara satu komponen
yang lain saling berkaitan dan bila terdapat gangguan pada suatu komponen akan
berpengaruh pada proses komunikasi secara keseluruhan.
c.
Komunikasi bersifat interaksi dan
transaksi
Yang
dimaksud dengan istilah interaksi adalah saling bertukar komunikasi. Misalnya
seseorang berbicara kepada temannya mengenai sesuatu, kemudian temannya yang
mendengar memberikan reaksi atau komentar terhadap apa yang sedang dibicarakan itu.
Begitu selanjutnya berlangsung secara
teratur ibarat orang yang bermain melempar bola. Seorang yang melemparkan yang
lainnya menangkap kemudian yang menangkap melemparkan kembali keada si pelempar
pertama.
Dalam
kehidupan sehari-hari komunikasi yang kita lakukan tidak teratur itu prosesnya.
Banyak dalam percakapan tatap muka
berlibat dalam proses pengiriman pesan
secara simultan tidak terpisah seperti contoh diatas. Dalam keadaan demikian
komunikasi tersebut bersifat transaksi. Sambil menyandikan pesan kita juga
menginterprestasikan pesan yang kita terima. Misalnya dalam situasi pengajaran
di kelas antara guru dengan murid seringklai memperlihatkan komunikasi
transaksi ini. Sambil guru menyampaikan informasi kepada murid atau sedang
menjelaskan pengajaran muridpun menyampaikan pesan kepada guru dalam
bermacam-macam bentuk. Jadi, kmunikasi yang terjadi antara manusia dapat berupa
intraksi dan transaksi.
d.
Komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja
Komunikasi
yang disengaja terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan
kepada penerima yang dimaksudkan. Misalnya seorang pemimpin bermaksud
mengadakan rapat dengan kepala-kepala bagiannya. Apabila pimpinan tersebuut
mengirimkan pesan yang berisi undangan rapat kepada kepala-kepala bagiannya,
maka itu dinamakan komunikasi disengaja. Tetapi
apabila pesan yang tidak sengaja atau tidak dimaksudkan untuk orang
tertentu untuk menerimanya maka itu dinamakan komunikasi tidak disengaja. Misalnya seseorang memakai warna pakaian yang
agak terang yang tidak mempunyai maksud untuk mengirim pesan tertentu,
kadang-kaadng diterima secara tidak sengaja sebagai pesan oleh orang lain,
karena tanpa disadari orang lain melihat warna pakaian yang dipakainya.
Komunikasi
yang ideal terjadi apabila seseorang bermaksud mengirim pesan tertentu terhadap
oang lain yang ia inginkan untuk menerimanya. Tetap itu bermula merupakan
jaminan bahwa pesan itu akan efektif, karena tergantung kepada factor lain yang
juga ikut berpengaruh kepada proses komunikasi. Kadang-kadang ada juga pesan
yang sengaja dikirimkan kepada orang orang yang dimaksudkan tetapi sengaja
tidak diterima oleh orang itu. Misalnya orang tua yang berbicara kepda anaknya
tetapi anaknya tidak mau mendengarnya.
Ada
juga situasi komunikasi yang tidak disengaja tetapi diterima oleh orang lain
dengan sengaja. Misalnya: dalam suatu kelas yang hening tiba-tiba seorang murid
berdiri maju kedepan mengambil kapur untuk menghisap tinta penanya. Gerakan
murid dengan tidak sengaja sebagai pesan itu diterima murid-murid lainnya
sebagai pesan karena tiba-tiba temannya yang lain memperhatikan geraknya yang
menimbulkan bermacam-macam interprestasi bagi mereka. Dari bermacam-macam
contoh diatas jelaslah, bahwa komunikasi itu dapat terjadi disengaja maupun
tidak dengan disengaja.[10]
B. Pengertian Koordinasi
1.
Koordinasi
Koordinasi
berasal dari kata coordination, co dan ordinare yang berarti to
regulate. Dari pendekatan empirik yang dikaitkan dengan etimologi,
koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang
sederajat (equal in rank or order, of the same rank or order, not
subordinate) untuk saling memberi informasi dan mengatur (menyepakati) hal
tertentu.[11]
Secara
normatif, koordinasi diartikan sebagai kewenangan untuk menggerakkan,
menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik
atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan tertentu. Sedangngkan
secara fungsional, koordinasi dilakukan guna untuk mengurangi dampak negatif
spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja[12]
Koordinasi
dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatan bersama secara mengikat
berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi
yang satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian suatu tujuan
yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak
keberhasilan yang lain
Koordinasi
(coordination) adalah prooses pengintergrasian tujuan-tujuan dan
kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departmen
atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif.[13] Tampa koordinasi,
individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas
peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan mengejar kepentingan sendiri, yang
sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Menurut
Malayu S.P. Hasibuan dalam
Koordinasi
adalah kegiatan yang mengarahkan, mengintergrasikan dan mengkoordinasi
unsur-unsur manajemen (6M) dan pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan.[14]
Sedangkan Awaladuddin Djamin
dalam Malayu S.P. Hasibuan mengatakan bahwa koordinasi adalah suatu usaha kerja
sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu
sedemikian rupa, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu, dan saling
melengkapi. Dengan demikian koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi.[15]
Kegiatan-kegiatan dari saruan-satuan organisasi berbeda dengan
kebutuhan intergrasi. Kebutuhan adakn koordinasi tergantung pada sifat dan
kebutuhan komunikasi pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan
bermacam-macam saruan pelaksanaany. Bila tugas-tugas tersebut memerlukan aliran
atau informasi antara satuan, derajat tinggi koordinasi yang tinggi adalah
paing baik. Derajat komunikasi yang tinggi ini sanggat bermanfaat untuk
pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor
lingkungan selalu berubah-rubah serta saling ketergantunga adalah tinggi. Koordinasi juga sangat
dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.
Menurut
James D. Thompson, ada tiga macam saling ketergantungan di antara satua-satuan
organisasi yaitu:
1.
Saling ketergantungan yang menyatu (pooled
interdependence) bila satuan-satuan organisasi tidak saling ketergantungan
satu sama lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi ketergantungan pada
pelaksanaan kerja setiap tahun yang memuaskan untuk hasil
terakhir.
2.
Saling
ketergantungan (sequential interdependence) dimana suatu organisasi
harus melakukan pekerjaanya terlebih dahulu sebelum satuan yang lain dapat
bekerja.
3.
Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal
interdependence) mereupkana hubungan memberi dan menerima antara satuan
organisasi.[16]
Ketiga
hubungan saling saling ketergantungan, koordinasi saling ketergantungan yang
menyatu lebih besar dari macam ketergantungan yang lain Koordinasi dan hubungan
kerja merupakan dua pengertian yang saling berhubungan karena koordinasi hanya
dapat tercapai sebaik-baiknya dengan melakukan hubungan kerja yang efektif.
Hubungan kerja adalah bentuk administrasi yang membantu tercapainya koordinasi.
Oleh karena itu dikatakan bahwa hasil akhir daripada komunikasi (hubungan
kerja) adalah tercapainya koordinasi dengan cara yang berhasil guna dan berdaya
guna (efektif dan efisien). Koordinasi dimaksudkan sebagai usaha menyatukan
kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja (unit-unit) organisasi, sehingga
organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas
organisasi untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan
dari beberapa pengertian yang telah diungkapkan oleh para ahli maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa yang dikatakan koordinasi adalah suatu usaha yang
singkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan
harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
2. Syarat-syarat Koordinasi
Adapun
syarat-syarat khusus umum yang ada dalam koordinasi adalah sebagai berikut:
a.
Sense of cooperation
(perusahaan untuk bekerja sama), ini harus dilihat dari sudut bagian pembagian
bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
b.
Rivalry, dalam
perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian,
agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan
c.
Team Spirit, artinya satu
sama lain pada setiap bagian saling menghargai
d.
Esprit de corps,
artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan menambah
kegiatan yang bersemangat.[17]
Ringkasnya kekuatan suatu organisasi
ditentukan oleh spirit-esprit atau semangatnya. Semangat ini ditentukan oleh
tujuans dan cara-cara mencapai tujuan itu dan ini meliputi doktrin. Selain
semangat koordinasi juga harus mempunyai aspek-aspek formal yaitu
metode-metode, teknik yang ditunjukan untuk mengeja/mencapai sasaran tersebut.
3. Prinsip-Prinsip Koordinasi
Prinsip-prinsip
koordinasi disingkat KOORDINASI
a.
Kesamaan: sama
dalam visi, misi, dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan bersama (sense
of porpose).
b.
Orientasikan:
titik pusatnya pada sekolah (sebagai koordinator) yang simpul-simpulnya stakeholders
sekolah.
c.
Organisasi:
diatur orang- orang yang berkoordinasi untuk mebina yaitu harus berada dalam
satu payung (terorganisasi) sehingga sikap egosektoral dapat terhindari.
d.
Rumuskan:
nyatakan secara jelas wewenan, tanggung jawab, dan tugas masing-masing agar
tidak tumpang tindih.
e.
Diskusi: cari
cara yang efektif, efisien, dan komunikatif dalam berkoordinasi.
f.
Informasikan:
semua hasil diskusi dan keputusan mengalir cepat kesemua pihak yang ada dalam
sistem jaringan koordinasi (coordination network system).
g.
Negosiasikan:
dalam perundingan mencari kesepakatan harus saling menghirmati (team spirit)
dan usahakan menang-menang jangan sampai pihak lain sebagai koordinasi justru
dirugikan.
h.
Atur jadwal:
rencanakan koordinasi dan harus dipatuhi dengan sebaik-baiknya oleh semua
pihak.
i.
Solusikan: satu
masalah dalam simpul jaringan harus dirasakan dan dipecahkan semua stakeholders
dengan sebaik-baiknya.
j.
Insafkan: setiap
stakeholders harus memiliki laporan tertulis yang lengkap dan setiap
menginformasikannya sesuai dengan kebutuhan koordinasi.[18]
4. Jenis-jenis Koordinasi
Adapun
jenis-jenis koordinasi yaitu:
a.
Koordinasi vertikal
(vertical coordination) adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan
yangdilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan
kinerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung jawab. Tegasnya atasan
mengkoordinasikan semua aparat yang ada dibawa tanggungjawabnya secara
langsung.koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan,karena atasan
dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur.
b.
Koordinasi horisontal (horizontal
coordination) adalah koordinasi dilakukan terhadap tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan dilakukan kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan terhadpa kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi
(aparat) yang setingkat. Koordinasi horisontal ini di bagi.[19]
Sedangkan
menurut Komaruddin membagi koordinasi sebagai berikut:
1)
Koordinasi Vertikal
Koordinasi vertikal ialah koordinasi yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah kepada atasannya dan kepada bawahannya. Misalnya,
koordinasi Kepala Sekolah dengan Kepala Dinas Pendidikan dan atau bawahannya.
2)
Koordinasi Fungsional
Koordinasi Fungsional ialah koordinasi yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lainnya yang tugasnya
saling berkaitan berdasarkan asas fungsionalisasi.
a)
Koordinasi Fungsional dibedakan atas:
(1)
Koordinasi fungsional horizontal,
koordinasi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lainnya yang
setingkat. Misalnya, Kepala SMPN 1
dengan Kepala SMPN 2.
(2)
Koordinasi fungsional diagonal,
koordinasi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lain yang
lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, Kepala SMPN 1 dengan Kepala SDN 57 atau dengan staffnya.
(3)
Koordinasi fungsional teritorial,
koordinasi ini dilakukan Kepala Sekolah dengan pejabat atau Kepala Sekolah lain
yang berada dalam wilayah tertentu dimana semua urusan yang ada dalam wilayah
tersebut menjadi kewenangan dan tanggung jawab Kepala Sekolah bersangkutan
selaku penguasa atau penanggung jawab tunggal. Misalnya, Kepala SMP Percobaa dengan Kepaa-Kepala SMP Target di
Kabupaten yang telah ditentukan.[20]
Berbagai jenis koordinasi yang telah diutarakan
sebelumnya semua hampir sama namun kemudian pada hakikatnya, ini semua tetap
berlandaskan kepada koordinasi yang baik antara pimpinan dan bawahan dalam
suatu organisasi agar komunikasi berjalan lancar sesuai dengan perencanaan
sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
dari pembahasan sebelumnya maka dapat di tarik sebuah kesimpulan yaitu:
1. Komunikasi
a. Komunikasi
merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut: pengirim
pesan, penerima pesan dan pesan. Semua fungsi manajer melibatkan proses
komunikasi. Proses komunikasi dimulai dengan adanya pengirim pesan yang
mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang agar dapat dipahami sesuai apa
yang ia sampaikan. Kemudian pesan (informasi) tersebut disampaikan melalui
isyarat (simbol), baik verbal (kata-kata) maupun non verbal (bahasa tubuh)
melalui media komunikasi langsung (tatap muka), TV, Radio, internet, dll.
Setelah pesan diterima melalui indera, maka si penerima mengartikan, atau
menterjemahkan agar dapat dipahami olehnya. Setelah pesan tersebut dimengerti,
maka ada tanggapan atau isyarat yang berisi pesan dari penerima agar pengirim
pesan tahu dampak pesannya terhadap penerima pesan (balikan). Disamping proses
komunikasi diatas, juga ada gangguan yang menghalangi suatu proses komunikasi
yang akibatnya penerima salah mentafsirkan pesan/isyarat tersebut.
b. Unsur-unsur
komunikasi adalah:
1)
Sumber
2)
Pesan
3)
Media
4)
Penerima
5)
Pengaruh/efek
6)
Tanggapan
balik
7)
Lingkungan
c. Proses
Komunikasi
1) Komunikator
(sender) yang mempunyai maksud
berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang
dimaksud
2) Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa
melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung
3)
Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke
komunikan.
4)
Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi
pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu
sendiri.
5)
Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya,
apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
d.
Ada 4 macam bentuk komunikasi diantaranya yaitu:
1) Komunikasi
Intrapersonal
2) Komunikasi
Antarpersonal
3) komunikasi
dalam kelompok
4) Komunikasi
massa
e. Prinsip komunikasi ialah:
1)
Komunikasi sebagai suatu proses.
2)
Komunikasi sebagai suatu sistem.
3)
Komunikasi bersifat interaksi dan
transaksi.
4)
Komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja.
2.
Koordinasi.
a.
Pengertian
Koordinasi, bahwa koordinasi merupakan keselarasan antara kegiatan-kegiatan
untuk mencapai tujuan didalam sebuah organisasi sehingga menciptakan kegiatan
yang efiesien, bersinergi, dan memiliki peluang untuk berhasil disamping itu
pula koordinasi mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan suatu organisasi
dan didalamnya terdapat prinsip-prinsip dalam melakukan koordinasi. Jika koordinasi
antar kelompok atau individu baik maka yang akan didapat akan baik pula. Jika
kurang koordinasinya maka hasilnya kurang memuaskan.
b.
Adapun
syarat-syarat koordinasi ialah:
1) Sense of
cooperation
(perusahaan untuk bekerja sama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian
bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2) Rivalry, dalam
perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian,
agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan
3) Team Spirit, artinya satu
sama lain pada setiap bagian saling menghargai
4) Esprit de corps, artinya
bagian-bagian yang diikut sertakan atau dihargai, umumnya akan menambah
kegiatan yang bersemangat.
c. Ada 10 prinsip
koordinasi diantaranya:
1) Kesamaan.
2) Orientasikan.
3) Organisasi.
4) Rumuskan.
5) Diskusi
6) Informasikan.
7) Negosiasikan.
8) Atur jadwal.
9) Solusikan.
10) Insafkan.
d. Jenis-jenis koordinasi
1) Koordinasi
vertikal.
2) Koordinasi
horisontal.
B.
Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan
menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan
adanya kekeliruan dalam penyusunannya, baik dari segi materi, maupun
penyusunannya, oleh karena itu penyusun mengharapakan sumbangsih pembaca untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya, dan harapan bagi penyusun, semoga makalah
ini dapat memberi manfaat dalam proses komunikasi dan koordinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Dawson, EJ.
dan Burgoon, Hunsaker. Komunikasi manusia.
Thousand Oaks. CA; Sage, 1994.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2002.
Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.
Faules, Don
dan F. R. Wayne Pace. Komunikasi Organisasi; Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006.
Handoko,Tani.
Manajemen. Cet.
XVIII; Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2003.
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Dasar,
Pengertian dan Masalah. Ce. VII; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Komaruddin. Ensiklopedia Manajemen. Bandung: Penerbir
Alumni, 1979.
Lestari, Endang.
Komunikasi Yang Efektif . Jakarta: Lembaga Administrasi Negara,
2003.
Muhammad, Arni.
Komunikasi Organisasi. Jakarta:
Bumi Aksara, 2005.
Najib,
Sulhan. Karakter Guru Masa Depan. Surabaya:
JP Books, 2010.
Ndraha, Taliziduhu. Ilmu Pemerintahan
Baru. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Sarwoto. Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen.
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981.
Siswanto, H. B. Manajer
Tenaga Kerja. Bandung: Sinar Baru, 1987.
Suranto. Komunikasi
Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana, 2005.
Thompson, James D. Organization in Action. New
York: Mc-Hill, 1967.
Usman, Husain.
Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Cet.
II; Jakarta Bumi Aksara, 2010.
[1]R. Wayne Pace dan Don F.
Faules, Komunikasi Organisasi; Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 3.
[8]Onong Uchjana Effendi. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 57.
[11]Taliziduhu Ndraha, Ilmu
Pemerintahan Baru (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), h. 290.
[12]Taliziduhu Ndraha, Ilmu
Pemerintahan Baru. h. 290.
[13]Tani Handoko, Manajemen
(Cet. XVIII; Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2003), h. 195.
[14]Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen
Dasar, Pengertian dan Masalah (Ce. VII; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.
85.
[15]Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen
Dasar, Pengertian dan Masalah (Cet. II; Jakarta Bumi
Aksara, 2010), h. 86.
[16]James D. Thompson, Organization
in Action (New York: Mc-Hill, 1967), h. 2.
[17]H.B.
Siswanto, Manajer Tenaga Kerja (Bandung: Sinar Baru, 1987), h. 31.
[19]Sarwoto, Dasar-Dasar
Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), h. 87.
[20]Komaruddin, Ensiklopedia Manajemen (Bandung: Penerbir
Alumni, 1979), h. 198.
Komentar
Posting Komentar