MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM DI SPANYOL

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang mudah oleh karena itu tidak diragukan bila perkembangan Islam begitu cepat tidak terbatas hanya di Asia saja namun merata ke seluruh dunia. Salah satunya yaitu Spanyol. Spanyol adalah jazirah Iberia yang oleh orang Arab diberi nama Andalusia.
Awalnya sebelum Islam memasuki Spanyol, bangsa Yunani dan Romawi telah mendiami Spanyol.[1] Mereka menempatkan ibukotanya di kota Toledo, disebabkan kota ini terletak di jantung Andalusia. Mereka memperkuat usaha penjagaan kota ini untuk mempertahankan kepemilikan mereka atas kota ini.
Pemerintahan Islam pada saat Islam masuk ke Spanyol ialah masa kekuasaan khalifah Umayyah, yaitu pada masa khalifah al-Walid bin Abd Malik. Beliau adalah salah seorang Khalifah besar dari dinasti ini. Dengan masuknya Islam ke Spanyol membuktikan bahwa Islam mengalami kemajuan.
Kemajuan Islam bagian barat yaitu Spanyol, memasuki masa yang gemilang. Sejarah telah mencatat bahwa peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya berkat adanya ketekunan pemeluk Islam dalam mencari dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan adanya dorongan yang kuat dari ajaran Islam itu sendiri, yang dapat membuat pemeluknya lebih giat dalam menggai dan menemukan sesuatau yang baru dan berguna bagi umat manusia.[2]
Untuk mengetahui lebih lanjut, penulis membahas tentang masuknya Islam ke Spanyol serta perkembangannya.
B.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana masuknya Islam ke Spanyol ?
2.    Bagaimana perkembangan Islam di Spanyol ?
3.    Bagaimana kemajuan peradaban Islam di Spanyol ?
4.    Apa penyebab kemunduran Islam di Spanyol ?
C.    Tujuan
1.    Untuk menjelaskan masuknya Islam ke Spanyol.
2.    Untuk menjelaskan perkembangan Islam di Spanyol.
3.    Untuk menjelaskan kemajuan peradaban Islam di Spanyol.
4.    Untuk menjelaskan penyebab kemunduran Islam di Spanyol.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Masuknya Islam ke Spanyol
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan.[3]
Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik.
Spanyol diduduki Islam pada masa khalifah al-Walid, yang merupakan salah satu dari khalifah Bani Umayyah pada tahun 711 M. Dalam proses penaklukan Spanyol, terdapat tiga pahlawan Islam yang berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.
1.    Tharif bin Malik. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
2.    Thariq bin Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ia menyiapkan pasukannya di sebuah gunung yang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu).[4]
3.    Musa bin Nushair. Beliau  merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dan akhirnya beliau berdua memenangkan daerah Spanyol.
B.    Perkembangan Islam di Spanyol
Perkembangan Islam di Spanyol melalui beberapa periode yaitu sebagai berikut : 
1.    Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara.
2.    Periode Kedua (755-912 M)  
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur). Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Ad-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad bin abdurrahman, Munzir bin Muhammad, dan Abdullah bin Muhammad. 
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan bidang peradaban. Abdurahman ad-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom). Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M. Di samping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
3.    Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan al-Mulukuth Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman an-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman an-Nasir mendirikan universitas Cordova.  Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4.    Periode Keempat (1013-1086 M) 
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi beberapa negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5.    Periode Kelima (1086-1248 M) 
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad bin Tumazi (1128). Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam. 
6.    Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini yaitu antara tahun (1232-1492) ketika umat islam spanyol bertahan diwilayah Granada dibawah kuasa dinasti bani Ahmar pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf bergelar An-Nasr, oleh karena itu kerajaan itu disebut juga Nasriyyah.
Periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam didaerah ini.
C.    Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Pada masa kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, di antaranya yaitu sebagai berikut :
1.    Pengetahuan
a.    Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke 9 M. Selama pemerintahan Bani Umayyah yang ke 5, Muhammad Abd ar Rahman (832-866 M). Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M) karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam.
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad bin as-Sayigh yang lebih dengan Ibnu Bajah, dilahirkan di Saragosa. Tokoh kedua adalah Abu Bakar bin Tuffail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah Timur Granada. Selain itu, ada juga Ibnu Rusyd dari Cordova.
b.    Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, astronomi, kimia, dan lain-lain juga berkembang dengan baik, Abbas bin Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ibrahim ibn Yahya an-Naqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang bisa menentukan jarak antara tata surya dan bintang. Ahmad ibn Abbas ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan binti Abi Jaffar dan saudara al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran.
Thabib bin Qurra’ dianggap sebagai bapak ilmu kimia. Ar-Razi karangannya terkenal dalam bidang penyakit campak dan cacar. Ibnu Shina, orang eropa menyebutnya Avicena adalah seorang dokter yang terkenal dengan karangannya tentang kedokteran al-Qanun fi at-Thib.
c.    Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziyad bin Abdurrahman. Pekembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam binAbdurrahman. Ahli-ahli fiqih lainnya di antaranya adalah Abu bakar bin al-Quthiyah, Munzir bin Sa’id Al-Baluthi, dan ibnu Hazm  yang tekenal.
d.    Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan bin Nafi’ yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diadakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e.    Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Diantara para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa yaitu Ibnu Sayyidih, Ibnu Malik pengarang Alfiyah, Ibnu Huruf, Ibnu Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu Hasan bin Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi. Seiring dengan kemajuan bahasa, karya-karya sastra banyak bermunculan seperti al-Iqd al-Farid karya Ibnu Abd Rabbih, al-Dzakirah fi Mahasin  ahl al-Jizarah oleh Ibnu Bassam,serta al-Qalaid buah karya al-Fath bin Khaqan.[5]
2.    Pembangunan
Aspek-aspek pembangunan fisik yang dapat perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Dalam bidang pertanian demikian juga, sistem irigasi baru di perkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal hal tersebut sebelumnya.[6]Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang demikianyang paling menonjol adalah pembanguan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana , mesjid, pemukimandan taman-taman. Diantara pembangunan yang paling megah adalah mesjidCordova, kota Zahra, Ja’fariyah di saragosa, tembok Toledo, isatan Al-Makmun, mesjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada.
a.    Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum islam, yang kemudian diambil alih oleh bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun diatas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibukota Spanyol. Pohon-pohon dan bunga diimpor dari timur. Diseputar ibukota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman di beri nama tersendiri dan puncaknya terpancang istana Damsik. Di antara kebanggaaan kota Cordova  lainnya adalahmesjid Cordova.
b.    Granadaadalah tempat pertahan terakhir umat islam di Spanyol, disana berkumpul sisa-sisa kekuatan arab dan pemikir islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granadadi masa-masa akhir kekuasaan islam diSpanyol Arsitektur-arsitekur dibangunannya terkenal diseluruh Eropa.istana al- Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan ketinggian arsitektur SpanyolIslam. Istana itu dikelilingi taman- taman yang tidak kalah indahnya. Selain itu, ada juga istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda, dan lain-lain.
D.    Penyebab Kemunduran Islam di Spanyol
1.    Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2.    Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Di Spanyol, orang-orang Arab memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf, setidaknya sampai abad ke-10 M, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan.
3.    Kesulitan Ekonomi
Pada paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer.
4.    Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5.    Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendiri, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengandemikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.[7]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.    Spanyol diduduki Islam pada masa khalifah al-Walid, yang merupakan salah satu dari khalifah Bani Umayyah pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara.
2.    Perkembangan Islam Di Spanyol terbagi atas enam periode yaitu periode pertama (711-755 M), periode kedua (755-912 M), periode ketiga (912-1013 M), periode keempat (1013-1086 M), periode kelima (1086-1248 M), periode keenam (1248-1492 M).
3.    Kemajuan peradaban Islam di Spanyol meliputi dalam bidang pengetahuan yang terdiri dari filsafat, sains, fiqih, musik dan kesenian, serta bahasa dan sastra. Sedangkan dalam bidang pembangunan dibangunnya mesjid dan istana yang megah.
4.    Penyebab kemunduran Islam di Spanyol yaitu konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.
B.    Implikasi
Sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan, penulis mengharapkan kritikan dan masukan yang membangun dari semua pihak, termasuk dari pembaca guna memperbaiki dan menyempurnakan tulisan dan pengetahuan penulis. Apalagi penulis yakin bahwa makalah ini masih sangat jauh dari standar sebuah karya ilmiah.
Inilah usaha dan kerja keras penulis dalam mencari, mempelajari, dan menulis tentangPerkembanganIslam di Spanyol. Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat kepada para pembaca terlebih lagi bagi pribadi penulis dan mendapat kebaikan serta petunjuk dari Allah

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah. 2013.
Nicolle, David. Runtuhnya Islam Spanyol. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia. 2009.

Sulasaman dan Suparman. Sejarah Islam di Asia & Eropa. Bandung : CV. Pustaka Setia. 2013.

Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : PT. Pustaka Rizki Utama. 2012.

Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta : Rajawali Pers. 2009.

Thomson, Ahmad dan Muhammad ‘ata’ Ur Rahim. Islam Andalusia : Sejarah Kebangkitan Dan Keruntuhan. Jakarta : Gaya Media Pratama. 2004.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Rajawali Pers. 2014.





[1]Ahmad Thomson Dan Muhammad ‘Ata’ Ur Rahim, Islam Andalusia :Sejarah Kebangkitan Dan Keruntuhan (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2004), h. 4.
[2]Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam  (Jakarta : Amzah, 2013), h. 159.
[3]Samsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam , h. 162.
[4]Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2012), h. 122
[5]Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, h. 125.
[6]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet ; 25, Jakarta : Rajawali Pers, 2014), h. 104.
[7]Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia & Eropa : Dari Masa Klasik Hingga Masa Modern (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2013), h. 259.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN

KOMUNIKASI DAN KOORDINASI

MATERI PENDIDIKAN ISLAM